Tempo.co, Jakarta – Kementerian Perdagangan akan memperkuat sistem logistik untuk mendukung ekspansi ekspor ke pasar non -tradisional. Salah satu caranya, menghubungkan data antara port dengan pemain industri logistik melalui infrastruktur digital.
Menurut Wakil Menteri Perdagangan Dyah Roro Esti Widya Putri, memperkuat sistem logistik memiliki peran sentral dalam perluasan ekspor. Dia mengungkapkan Indonesia ketika dia memiliki 21 perjanjian perdagangan dengan negara -negara mitra, maka 16 perjanjian berada di tahap negosiasi.
“Pemerintah menargetkan integrasi sistem elektronik yang lebih andal, seperti konektivitas data antara pelabuhan. Penerimaan nasional juga harus dilengkapi dengan infrastruktur digital yang memenuhi syarat untuk dapat bersaing secara global,” kata Roro seperti dikutip dari pernyataan resminya pada hari Sabtu, 26 April 2025.
Roro mengatakan, pemerintah harus mengatur arah strategi perdagangan untuk meningkatkan ekonomi negara. Tujuan lain dari ekspansi ekspor juga merupakan bagian dari menghindari tantangan global seperti proteksionisme. “Salah satu yang penting dan harus dilakukan dalam memperkuat sistem logistik,” kata Roro.
Mengenai pengembangan aksesi perdagangan, kata Roro, Indonesia saat ini sedang memproses perjanjian komprehensif dan progresif untuk kemitraan trans-Pasifik (CPTPP) dan BRICS+ yang memiliki pangsa pasar yang cukup besar. Menurutnya, penting bagi pemerintah untuk mengatur strategi transformasi digital dalam memperkuat sistem logistik nasional ke depan.
Kemudian, Roro juga mengungkapkan strategi diplomasi perdagangan yang harus berani memasuki domain diplomasi logistik. Dia menjelaskan bahwa negosiasi perdagangan tidak hanya melibatkan tarif, tetapi juga lancar aliran logistik silang dari bea cukai, inspeksi karantina, untuk pengakuan dokumen digital.
“Indonesia akan mendorong kerja sama teknis dan harmonisasi standar logistik dengan negara -negara mitra, sebagai bagian dari agenda diplomasi perdagangan aktif,” kata Roro.
