Industri Baja Dalam Negeri Masih Fokus pada Kebutuhan Dalam Negeri

PERWAKILAN Menteri Perindustrian Faisol Riza mengatakan sebagian besar produsernya baja Saat ini, bangsa masih berorientasi pada pemenuhan kebutuhan konstruksi dan infrastruktur. Kedua sektor ini selama ini menjadi pasar utama industri baja dalam negeri.

“Hal ini menyebabkan pengembangan produk baja untuk sektor lain yang memiliki nilai tambah tinggi seperti otomotif, perkapalan, alat berat, dan lain-lain masih relatif terbatas,” ujarnya saat rapat dengan Komisi VI. DPR RI di kompleks parlemen pada Senin, 10 November 2025.

Padahal, kata Fasiol, kebutuhan industri membutuhkan jenis baja dengan spesifikasi khusus seperti baja paduan (baja paduan) Dan baja khusus. Untuk persaingannya juga banyak pasarnya dalam dan luar negeri.

Kementerian Perindustrian mencatat rata-rata produksi tahun 2021-2024 tertinggi adalah produk baja lempeng (4.623.617 ton), gulungan canai panas (2.432.690 ton), piring canai dingin (2.010.318 ton), dan gulungan canai dingin (1.629.212 ton).

“Industri baja nasional saat ini menunjukkan rata-rata tingkat utilisasi sebesar 52,70 persen,” kata Faisol.

Produsen, kata Faisol, masih menghadapi tantangan teknologi dan modernisasi alat produksi. Teknologi dan mesin yang digunakan sebagian besar sudah tua dan belum sepenuhnya ramah lingkungan.

“Kondisi ini berdampak pada kualitas dan biaya produksi sehingga menjadi kendala dalam upaya menuju industri baja yang kompetitif, berkelanjutan, dan berstandar global,” ujarnya.

Pemerintah terus mengupayakan kebijakan wajib Standar Nasional Indonesia (SNI) dan mengutamakan penggunaan produk dalam negeri dan regulasi yang ramah investasi. Hal ini bertujuan untuk mendukung terciptanya rantai pasok industri yang terintegrasi.

Sumber berita

Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *