Kementerian Pekerjaan Umum menjelaskan proses evakuasi para korban di Al Khoziny Ponpes

Menteri Pekerjaan Umum (PU) Dody Hanggodo mengatakan dia telah mengirim tim dan alat berat untuk membantu proses evakuasi di sekolah asrama Islam Musala Al Khoziny Di distrik Buduran, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur pingsan. Tim dan alat berat telah dikirim sejak hari pertama insiden, yaitu pada hari Senin, 29 September 2025.

Namun, proses evakuasi menggunakan alat berat tidak secara langsung dilakukan pada hari pertama kejadian. “Sudah, itu dari hari pertama tanggal 29. Tapi itu baru kemarin peralatan berat diizinkan oleh Basarnas dan Kodim untuk dapat masuk, karena pada saat itu masih ada nyawa,” kata Dody di Kantor Pekerjaan Umum Kementerian, Jakarta Selatan, Jumat, 3 Oktober 2025.

Dia mengatakan alat berat tidak secara langsung dimobilisasi untuk proses evakuasi karena tim SAR harus melakukan tes diam terlebih dahulu. Ini dilakukan untuk menyelamatkan korban yang masih hidup di reruntuhan reruntuhan bangunan.

“Jadi, kemarin ada tes keheningan terlebih dahulu, mendengarkan masih ada suara, atau tidak, berteriak segala macam. Tidak ada, jadi alat berat dimulai kemarin,” kata Dody.

Kementerian Pekerjaan Umum juga mengerahkan komite keselamatan bangunan di bawah Direktorat Jenderal Cipta Karya ke lokasi untuk menyelidiki penyebab runtuhnya bangunan. Namun, Dody mengatakan mereka fokus pada evakuasi terlebih dahulu.

“Sampun (sudah). Ini adalah periode yang menyedihkan, jadi kita tidak bisa terlalu meriah, yang penting sekarang adalah respon darurat terlebih dahulu. Selesia pertama, lepaskan yang tersisa terlebih dahulu,” katanya.

Dody juga berbicara kesempatan untuk keterlibatan PU untuk membangun kembali sekolah asrama. Dia mengatakan akan berbicara lebih dulu dengan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) dan Kementerian Agama (Kemenag). “Itu sebenarnya sektor swasta, kemudian jika itu mudah. ​​Yang penting sebenarnya adalah manajemen. Nanti kita akan berbicara dengan Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Agama,” katanya.

Sebelumnya, gedung lantai tiga sekolah asrama Putra Al Khoziny runtuh dengan ratusan siswa pada Senin sore, 29 September 2025. Pada waktu itu para siswa melakukan doa Asar di jemaat di lantai dua yang berfungsi sebagai Musalas.

Menurut penjaga Pesantren, Abdul Salam Mujib, bangunan yang runtuh masih dalam tahap renovasi. Proses merenovasi asrama pria Santri telah berlangsung selama hampir sembilan bulan. Bangunan ini direncanakan memiliki tiga lantai dengan atap dalam bentuk gips semen, bukan ubin.

Sejak pagi sampai jam 12 siang pada hari itu, atap lantai tiga yang runtuh baru saja dilemparkan. “Sejauh yang saya tahu, casting terakhir dilakukan pagi ini sampai siang,” kata Mujib kepada kru media di Sidoarjo pada hari Senin.

Sekitar jam 3 sore, atap yang baru dilemparkan tiba -tiba runtuh dan terjadi pada ratusan siswa yang berdoa. Orang -orang di masjid terperangkap di belakang reruntuhan bangunan.

Hari ini Sabtu, 4 Oktober 2025, petugas gabungan sekali lagi menemukan mayat korban runtuh gedung sekolah asrama Islam Al Khoziny. Jumlah korban meninggal hingga saat ini mencapai 14 siswa.

“Hari ini kami memperbarui, total 14 badan telah ditemukan. Tadi malam, tim SAR bersama menemukan mayat lagi pada pukul 23:00,” kata kepala Badan Manajemen Bencana Nasional (BNPB), Letnan Jenderal Suharyanto ketika memberikan pernyataan pers di pos bersama.

Karena proses evakuasi berlangsung pada hari pertama, jumlah siswa yang meninggal mencapai 14 orang. Sementara itu, 49 lainnya masih belum ditemukan. “Jumlah total korban adalah 167 orang. 118 orang telah bertemu, yang terdiri dari 104 SANTRI CARI dan 14 meninggal. Jumlah siswa yang belum ditemukan oleh 49 orang,” kata Suharyanto

Suharyanto mengatakan, dari 11 mayat yang ditemukan dalam dua hari ini, hanya dua mayat yang diidentifikasi. Sementara itu, sembilan lainnya masih merupakan proses karena tingkat identifikasi yang tinggi.

“Para korban anak -anak ini tidak memiliki KTP, tidak ada data biometrik. Oleh karena itu, identifikasi hanya dapat dilakukan melalui DNA dan ini membutuhkan waktu,” kata Suharyanto. Dia menambahkan, petugas juga mengalami kesulitan dalam mengenali visual tubuh, karena bentuk tubuh telah banyak berubah.

Dede Leni Mardianti Dan Hanaa septiana Berkontribusi untuk menulis artikel ini.

Sumber berita

Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *