KEPALA Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mencatat realisasi serapan jagung dalam negeri meningkat 16 ribu ton dalam sebulan. Hal ini diklaim menjadi pergerakan positif di tengah perkiraan penurunan produksi bulanan jagung pada bulan September hingga Oktober 2025.
Berdasarkan data Bapanas, hingga 8 September 2025, realisasi pengadaan jagung dalam negeri sebanyak 68 ribu ton. Kemudian per 8 Oktober 2025 meningkat menjadi 84,1 ribu ton atau meningkat 23,6 persen dalam sebulan. Stoknya berasal dari hasil pertanian kita sendiri, kata Arief dalam keterangan tertulis, Kamis, 9 Oktober 2025.
Sekadar informasi, cadangan jagung pemerintah atau CJP dapat digunakan untuk melaksanakan program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) melalui penugasan Bapanas ke Bulog. Hal tersebut telah dilaksanakan sejak tahun 2023 dengan realisasi penyaluran pakan jagung SPHP sebanyak 27,6 ribu ton dan realisasi tahun 2024 mencapai 275,5 ribu ton.
Arief mengatakan, pendistribusian pakan jagung SPHP pada tahun 2025 sedang berlangsung. Sasarannya 2.109 peternak di 16 provinsi dengan target penyaluran 52,4 ribu ton. Harga SPHP jagung adalah Rp5.000 per kilogram untuk pengambilan di gudang Bulog dan maksimal Rp5.500 per kg sampai di tingkat petani.
Dia meminta Bulog berinovasi dalam meningkatkan penyerapan komoditas jagung dalam negeri. Spesifikasi hasil panen mungkin belum sesuai, mohon dicari solusinya bersama-sama, kadar airnya masih tinggi, kandungan aflatoksinnya terlalu tinggi, kata Arief.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik memproyeksikan produksi jagung dengan kadar air 14 persen pada Januari hingga November 2025 bisa mencapai 15,25 juta ton. Jumlah tersebut melebihi 1,19 juta ton dibandingkan periode yang sama tahun 2024 yang saat itu sebesar 14,06 juta ton.
Sedangkan secara bulanan, produksi pada September 2025 mencapai 1,28 juta ton dan mulai menurun pada Oktober 2025 sebesar 1,24 juta ton. Namun bisa meningkat lagi pada November 2025 menjadi 1,31 juta ton.
Terkait perkembangan indeks Nilai Tukar Petani Tanaman Pangan (NTPP), laporan Badan Pusat Statistik menunjukkan perkembangan yang cukup baik. Pada bulan September 2025, indeks NTPP mencapai titik puncaknya sepanjang tahun 2025 sebesar 113,95. Ini merupakan indeks NTPP tertinggi sejak April 2024.