Jakarta –
Wakil Gubernur DKI Jakarta Rano Karno menegaskan komitmennya untuk mempercepat persiapan Peraturan Regional (PerDA) tentang lembaga adat komunitas Betawi. Dia mengakui proses persiapan tidak mudah untuk mengingat banyak minat dan kelompok yang terlibat dalam budaya Betawi.
“Saya hanya berada di kantor selama beberapa bulan, tetapi kami sedang mengejar peraturan tradisional Betawi ini. Ini adalah soko guru. Tapi jujur, itu tidak mudah. Karena kami menyatukan banyak minat,” kata Rano di Cibis Park, Jakarta Selatan, Rabu (6/25/2025)
Sebagai seorang tokoh yang diketahui dekat dengan budaya Betawi, Rano mengatakan bahwa dia sekarang mengambil alih proses mempersiapkan Perda agar tidak menyeret.
Gulir untuk melanjutkan konten
“Saya minta maaf, saya mengambil alih. Ini bukan untuk saya, ini untuk Jakarta,” katanya.
Menurut Rano, Jakarta membutuhkan lembaga adat yang kuat dan resmi sehingga budaya Betawi tidak hanya simbol upacara, tetapi juga memiliki tempat dalam kebijakan dan pengembangan kota. Dia mengatakan bahwa sejauh ini Organisasi Komunitas Betawi (CSO) telah tumbuh banyak, tetapi belum memiliki aturan yang kuat sebagai wadah adat.
“Ada banyak organisasi massa, banyak pembuluh darah, tetapi tidak ada hati. Inilah yang kami buat,” katanya.
Meskipun berfokus pada budaya Betawi, Rano menekankan bahwa Jakarta adalah kota multikultural. Oleh karena itu, ia memastikan bahwa keberadaan peraturan adat Betawi tidak akan meniadakan budaya lain yang tumbuh di ibukota.
“Aku mengingatkanmu, Jakarta tidak hanya milik Betawi. Kita harus adil untuk semua budaya di Jakarta,” katanya.
Peraturan ini dirancang untuk memberikan posisi yang lebih kuat bagi masyarakat adat Betawi dalam pengembangan kota, tanpa menyebabkan eksklusivitas. Pemerintah provinsi DKI Jakarta berharap bahwa dengan pembentukan lembaga adat yang sah, pelestarian budaya dapat lebih diarahkan dan diintegrasikan dengan kebijakan regional.
(Bel/eva)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspirasional dari kandidat polisi yang patut dicontoh di sini